Tokoh-tokoh Wayang
PUNAKAWAN DAN HANOMAN
Suku Jawa di Indonesia mempunyai jenis kesenian tradisional yang bisa hidup dan berkembang hingga kini yang mampu menyentuh hati sanubari dan menggetarkan jiwa, yakni seni pewayangan. Selain sebagai alat komunikasi yang ampuh serta sarana memahami kehidupan, wayang bagi orang jawa merupakan smbolisme pandangan hidup orang jawa mengenai kehidupan. Dalam wayang seolah-olah orang jawa tidak hanya berhadapan dengan teori-teori umum tentang manusia, melainkan contoh hidup dan kelakuan manusia digambarkan secara konkrit. Berikut ini karaktereristik dan filosofi kehidupan dari berbagai tokoh wayang kulit di Indonesia:
≈ PUNAKAWAN
Punakawan adalah salah satu tokoh pewayangan yang sangat populer di Indonesia punakawan yang terdiri dari 4 tokoh wayang ini adalah satu keluarga Sang Bapak Semar dan mempunyai anak yaitu Gareng, Petruk, dan yang paling akhir Bagong. Para punakawan memiliki karakteristik yang melambangkan kehidupan-kehidupan orang kebanyakan, seperti penasihat para kesatria, penghibur, kritisi sosial, bahkan sumber kebenaran dan kebijakan. Punakawan sendiri menjadi penasihat pandawa lima. Berikut sifat dan kepribadian punakawan.
1. Semar, adalah penjelmaan dewa. Semar merupakan pengasuh para pandawa,dan memiliki nama lain Hyang Ismaya. Semar dalam filosofi jawa adalah sebagai Badranaya dari kata bebadra=membangun sarana dari dasar, naya=nayaka=Utusan mangrasul artinya mengemban sifat membangun dan melaksanakan Perintah Allah demi kesejahteraan manusia. Semar yang mempunyai petuah-petuah yang bijak dan dapat mengayomi semua orang disekitarnya sehingga tak jarang semar disebut sebagai perlambangan pemimpin yang sempurna. Domisili semar adalah sebagai lurah karangdempel,karangdempel mempunyai makna yaitu Karang=gersang dan Dempel=keteguhan jiwa.
Ciri-ciri sosok Semar adalah Semar berambut kuncung seperti anak-anak, tapi juga berwajah sangat tua Semar tertawanya selalu diakhiri nada tangisan Semar Berwajah mata menangis namun mulutnya tertawa Semar Berprofil berdiri sekaligus jongkok Semar Tak pernah menyuruh namum memberi konsekuensi atas nasehatnya.
Figure punakawan khususnya semar dapat dijadikan sebagai figur pemimpin yang sejati dalam kehidupan bermasyarakat sesuai dengan pengertian punakawan. Punakawan secara lahiriah adalah sebagai symbol atau suatu pola terstruktur dari ‘pembantu pimpinan' yang sangat ideal. Kata punakawan menurut pedalangan berasal dari kata pono , yang artinya cerdik, cermat dalam pengamatan dan kata kawan = teman. Punakawan berarti teman atau pamong yang sangat cerdik, dapat dipercaya serta mempunyai pandangan yang luas dan pengamatan yang tajam serta cermat. Punakawan itu adalah abdi (bukan pelayan). Abdi itu hendaknya memiliki watak bijaksana, dapat dipercaya, jujur, panjang nalar dan tenang serta berani menghadapi segala situasi dan perasaan, baik yang sederhana maupun yang rumit.
Kehadiran semar dalam kehidupan nyata ini sering ditunggu-tunggu mengingat kondisi negara saat ini yang semakin kacau, kesengsaran dan penindasan oleh kaum kuat terhadap yang lemah semakin merajalela, moral dan etika tidak lagi diindahkan, para pemimpin yang hanya memikirkan kekayaan pribadi tanpa peduli dengan keadaan rakyatnya yang semakin tertindas dengan kebijakan-kebijakan yang dikeluarkannya. Sebagai simbol kearifan dalam dunia wayang, semar adalah dewa yang menyamar sebagai orang kecil untuk mengembalikan perdamaian saat Negara dalam keadaan gawat. hal ini menjadikan banyak masyarakat atau segelintir orang yang masih peduli dengan kelangsungan hidup negara ini mendambakan sosok semar yang menjelma dalam kehidupan real saat ini, yang mampu menyelamatkan bangsa dari berbagai krisis multidimensi yang sedang melanda bangsa Indonesia. Terlebih lagi dalam agama Islam juga diajarkan bahwa akan ada seorang Al-Mahdi yang diturunkan Tuhan sebagai sang pembebas.
Semar juga prlambang Ngelmu gaib-Kasampurnaning pati yaitu Bojo sira arsa mardi kamardikan, ajwa samar sumingkiring dur-kamurkan Mardikaartinya "merdekanya jiwa dan sukma yang mempunyai makna adalah merdekanya jiwa dan sukma yaitu tidak dijajah oleh hawa nafsu dan keduniawian agar menuju kematian yang sempurna bersih tanpa noda dosa”.
2. Gareng, anak Gandarwa (sebangsa jin) yang diambil anak angkat pertama oleh Semar. Nama lain gareng adalah : Pancalpamor ( artinya menolak godaan duniawi ) Pegatwaja ( artinya gigi sebagai perlambang bahwa Gareng tidak suka makan makanan yang enak-enak yang memboroskan dan mengundang penyakit. Nala Gareng (artinya hati yang kering, kering dari kemakmuran, sehingga ia senantiasa berbuat baik). Gareng adalah punakawan kedua setelah Semar. ciri fisik Gareng :
1) Mata juling artinya tidak mau melihat hal-hal yang mengundang kejahatan/ tidak baik.
2) Tangan ceko (melengkung) artinya tidak mau mengambil/ merampas hak orang lain.
3) Sikil gejik (seperti pincang) artinya selalu penuh kewaspadaan dalam segala perilaku.
Gareng senang bercanda, setia kepada tuannya, dan gemar menolong. Dalam pengembaraannya pernah menjadi raja bernama Prabu Pandu Bergola di kerajaan Parang Gumiwang. Ia sakti mandraguna, semua raja ditaklukkannya. Tetapi ia ingin mencoba kerajaan Amarta ( tempat ia mengabdi ketika menjadi punakawan).Semua satria pandawapun dikalahkannya. Sementara itu Semar, Petruk dan Bagong sangat kebingungan karena kepergian Gareng. Untunglah Pandawa mempunyai penasehat yang ulung, yaitu Prabu Kresna. Ia menyarankan kepada Semar, jika ia ingin bertemu dengan Gareng relakanlah Petruk untuk untuk menghadapi Pandu Bergola. Semar tanggap dengan ucapan Krena, sedangkan hati Petruk menjadi ciut nyalinya. Petruk berfikir Semua raja juga termasuk Pandawa saja dikalahkan Pandu Bergola, apa jadinya kalau dia yang menghadapinya. Melihat kegamangan Petruk, Semar mendekat dan membisikkan sesuatu kepadanya. Setelah itu petruk menjadi semangat dan girang, kemudian ia berangkat menghadapi Pandu Bergola.
Saat Pandu Bergola sudah berhadapan dengan Petruk, ia selalu membelakangi ( tidak mau bertatap muka), jika terpaksa bertatap muka ia selalu menunduk. Tetapi Petruk senantiasa mendesak untuk bertanding. Akhirnya terjadilah perang tanding yang sangat ramai, penuh kelucuan dan juga kesaktian. Saat pergumulan terjadi Pandu Bergola berubah wujud menjadi Gareng. Tetapi Petruk belum menyadarinya. Pergumulan terus berlanjut sampai pada akhirnya Semar memisahkan keduanya. Begitu tahu wujud asli Pandu Bergola Petruk memeluk erat-erat kakaknya (Gareng) dengan penuh girang. semua keluarga Pandawa ikut bersuka cita karena abdinya telah kembali.
Gareng ditanya oleh Kresna, mengapa melakukan seperti itu. ia menjawab bahwa dia ingin mengingatkan tuan-tuannya (Pandawa), jangan lupa karena sudah makmur sehingga kurang/ hilang kehati-hatian serta kewaspadaannya. Bagaimana jadinya kalau negara diserang musuh dengan tiba-tiba? negara akan hancur dan rakyat menderita. Maka sebelum semua itu terjadi Gareng mengingatkan pada rajanya. Pandawa merasa gembira dan beruntung punya abdi seperti Gareng.
Makna yang terkandung dalam kisah Gareng adalah :
Jangan menilai seseorang dari wujud fisiknya. Budi itu terletak di hati, watak tidak tampak pada wujud fisik tetapi pada tingkah dan perilaku. Belum tentu fisiknya cacat hatinya jahat.
Manusia wajib saling mengingatkan.
Jangan suka merampas hak orang lain.
Cintailah saudaramu dengan setulus hati.
Kalau bertindah harus dengan penuh perhitungan dan hati-hati.
3. Petruk, adalah putra angkat kedua Semar.Nama lain dari petruk adalah Bambang Panyukilan dia adalah titisan pendeta raksasa dipertapaan yang bertempat di dalam lautan yang bernama Begawan salantara.Petruk mempunyai watak senang bersenda gurau dan pintar bicara,Dia juga senang berkelahi untuk mengetest kekuatannya.sampai suatu saat ketika malakukan pengembaraan dia bertemu dengan Bambang Sukodadi (Gareng).Dalam pertarungannya mereka tidak ada yang kalah dan menang.Saling hantam injak terus sampai-sampai wajah mereka hancur.Saat pertarungan berlangsung tiba-tiba datanglah Semar dan melerai mereka,setelah melerai Semar memberi nasehat Petruk atau Bambang Panyukilan tertarik dengan petuah-petuah Semar dan dia meminta untuk diangkat sebagai anak.Semar mengijinkan asalkan dia mau jadi pamong dari ksatria berbudi luhur (Pandawa).Petruk pun diangkat sebagai anak ke-2 Semar sebagai adik Gareng.Dalam cerita pewayangan petruk adalah pelawak,dan para dalang membuatkan cerita tentang petruk sebagai contoh Petruk Ilang Pethele dan Petruk dadi ratu.
4. Bagong, adalah sejatinya bayangan dari semar dan selalu menemaninya kemana pun Semar pergi,bagong adalah sosok Humoris dan suka sak karepe dewe (Semaunya sendiri) walau pun begitu dia juga sering memberikan petuah-petuah bijaksana.Ciri-ciri Bagong adalah karena dia sosok yang harmonis dia digambarkan dengan perut bulat,mata Lebar dan bibir memble semakin menambah kehumoran bagong.
≈ HANOMAN
Hanoman dalam pewayangan Jawa, merupakan putera Bhatara Guru yang menjadi murid dan anak angkat Bhatara Bayu. Hanoman sendiri merupakan tokoh lintas generasi sejak zaman Rama sampai zaman Jayabaya.
Anjani adalah puteri sulung Resi Gotama yang terkena kutukan sehingga berwajah kera. Atas perintah ayahnya, ia pun bertapa telanjang di telaga Madirda. Suatu ketika, Batara Guru dan Batara Narada terbang melintasi angkasa. Saat melihat Anjani, Batara Guru terkesima sampai mengeluarkan air mani. Raja para dewa pewayangan itu pun mengusapnya dengan daun asam (Bahasa Jawa: Sinom) lalu dibuangnya ke telaga. Daun sinom itu jatuh di pangkuan Anjani. Ia pun memungut dan memakannya sehingga mengandung. Ketika tiba saatnya melahirkan, Anjani dibantu para bidadari kiriman Batara Guru. Ia melahirkan seekor bayi kera berbulu putih, sedangkan dirinya sendiri kembali berwajah cantik dan dibawa ke kahyangan sebagai bidadari.
Bayi berwujud kera putih yang merupakan putera Anjani diambil oleh Batara Bayu lalu diangkat sebagai anak. Setelah pendidikannya selesai, Hanoman kembali ke dunia dan mengabdi pada pamannya, yaitu Sugriwa, raja kera Gua Kiskenda. Saat itu, Sugriwa baru saja dikalahkan oleh kakaknya, yaitu Subali, paman Hanoman lainnya. Hanoman berhasil bertemu Rama dan Laksmana, sepasang pangeran dari Ayodhya yang sedang menjalani pembuangan. Keduanya kemudian bekerja sama dengan Sugriwa untuk mengalahkan Subali, dan bersama menyerang negeri Alengka membebaskan Sita, istri Rama yang diculik Rahwana murid Subali.
Pertama-tama Hanoman menyusup ke istana Alengka untuk menyelidiki kekuatan Rahwana dan menyaksikan keadaan Sita. Di sana ia membuat kekacauan sehingga tertangkap dan dihukum bakar. Sebaliknya, Hanoman justru berhasil membakar sebagian ibu kota Alengka. Peristiwa tersebut terkenal dengan sebutan Hanoman Obong. Setelah Hanoman kembali ke tempat Rama, pasukan kera pun berangkat menyerbu Alengka. Hanoman tampil sebagai pahlawan yang banyak membunuh pasukan Alengka, misalnya Surpanaka (Sarpakenaka) adik Rahwana.
Dalam pertempuran terakhir antara Rama kewalahan menandingi Rahwana yang memiliki Aji Pancasunya, yaitu kemampuan untuk hidup abadi. Setiap kali senjata Rama menewaskan Rahwana, seketika itu pula Rahwana bangkit kembali. Wibisana, adik Rahwana yang memihak Rama segera meminta Hanoman untuk membantu. Hanoman pun mengangkat Gunung Ungrungan untuk ditimpakan di atas mayat Rahwana ketika Rahwana baru saja tewas di tangan Rama untuk kesekian kalinya. Melihat kelancangan Hanoman, Rama pun menghukumnya agar menjaga kuburan Rahwana. Rama yakin kalau Rahwana masih hidup di bawah gencetan gunung tersebut, dan setiap saat bisa melepaskan roh untuk membuat kekacauan di dunia.
Beberapa tahun kemudian setelah Rama meninggal, roh Rahwana meloloskan diri dari Gunung Ungrungan lalu pergi ke Pulau Jawa untuk mencari reinkarnasi Sita, yaitu Subadra adik Kresna. Kresna sendiri adalah reinkarnasi Rama. Hanoman mengejar dan bertemu Bima, adiknya sesama putera angkat Bayu. Hanoman kemudian mengabdi kepada Kresna. Ia juga berhasil menangkap roh Rahwana dan mengurungnya di Gunung Kendalisada. Di gunung itu Hanoman bertindak sebagai pertapa.